Minggu, 01 November 2015

TRUTH TELLING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jujur merupakan aset paling berharga yang saat ini begitu banyak dilupakan orang. Sampai-sampai kita sendiri pun terkadang tidak mampu untuk jujur terhadap diri sendiri. Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan falsafah keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, dalam kaitan ini dikenal istilah etika biomedis atau bioetis. Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang biologi dan kedokteran.
Untuk memecahkan berbagai masalah bioetis, telah dibentuk suatu organisasi internasional. Para ahli telah mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh para tenaga kesehatan, termasuk juga perawat. Masalah etis yang akan dibahas secara singkat di sini adalah berkata jujur (Truth Telling).

1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Pembahasan
1.3.1        Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang hal – hal apa saja yang perlu dipahami mengenai Truth Telling dan memberikan gambaran yang jelas mengenai Truth Telling, serta lain-lain yang bisa berdampak positif bagi penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para tenaga kesehatan. 
1.3.2        Tujuan Khusus
1.4  Manfaat Penulisan
1.      Dapat menambah wawasan pembaca mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipahami mengenai Truth Telling (Berkata Jujur)




BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Berkata Jujur
Secara baku, arti jujur adalah mengakui, berkata jujur adalah berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam prakteknya, secara hukum tingkat kujujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur. Di dalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai rohani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji. Orang yang tidak jujur berarti menipu dirnya sendiri.
Dalam keadaan apa pun, kita harus selalu berpihak pada kejujuran. Mutiara akhlak yang disebut dengan kejujuran itu akan menempatkan kita dalam tingkat kemuliaan.
Salah satu permasalahan Etika Dalam Praktek Keperawatan yaitu Berkata jujur (truth telling) Konsep kejujuran (veracity) adalah prinsip etis yang mendasari berkata jujur. bersifat tidak mutlak, sehingga desepsi(bohong) suatu saat diperlukan.
Dalam  konteks berkata jujur (truth telling), ada suatu istilah yang disebut desepsi, berasal dari kata decieve yang berarti membuat orang percaya terhadap suatu hal yang tidak benar, meniru, atau membohongi. Desepsi meliputi berkata bohong, mengingkari, atau menolak, tidak memberikan informasi dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan sewaktu informasi dibutuhkan. Berkata bohong merupakan tindakan desepsi yang paling dramatis karena seseorang dituntut untuk membenarkan sesuatu yang di yakni salah.
Alasan berkata jujur :
a.       Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
b.      Hak pasien untuk mengetahui informasi
c.       Kewajiban moral
d.      Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien
e.       Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga
f.       Memenuhi kebutuhan perawat.

Alasan berkata bohong (desepsi) :
a.       Pasien tidak mungkin dapat menerima kenyataan.
b.      Pasien menghendaki untuk tidak diberitahu bila itu menyakitkan.
c.       Desepsi mungkin bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama pasien.

2.2 Macam - Macam Truth Telling :

1.      Jujur dalam berbicara
Jujur dalam perkataan adalah bentuk kemasyhuran. Setiap individu berkewajiban menjaga lisannya , yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kepentingan pada saat-saat tertentu
2.      Jujur dalam niat dan kehendak
Kejujuran  bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika perbuatan atau tindakan yang dilakukan tidak didasari dengan niat tujuan yang tulus tetapi demi kepentingan individu atau diri sendiri, berarti dia tidak jujur dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong.
3.      Jujur dalam berkeinginan dan dalam meralisaikannya
Keinginan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang. Keinginan seperti ini ada kalanya benar-benar jujur dan kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merialisasikan keinginan, seperti apabila seseorang ingin berkata jujur untuk memberikan informasi yang sebenarnya kepada pasien. Keinginan tersebut bisa terlaksana bisa juga tidak. Penyebab tidak terealisainya keinginan tersebut bisa saja karena tidak memungkinkan seseorang tersebut mengetahui informasi yang sebenarnya.
4.      Jujur dalam bertindak
Kejujuran dalam bertindak berarti tidak ada perbedaan antara niat dan perbuatan. Jujur dalam hal ini juga bisa berarti tidak berpura-pura tulus dalam bertindak sedangkan hatinya tidaklah demikian. Misalnya seorang perawat yang menjatuhkan jarum tetapi tidak diketahui oleh pasien, dalam hati perawat ingin mengganti jarum yang dijatuhkan dan perawat pun mengganti jarum tersebut tanpa ada rasa bimbang antara keinginan dan tindakan yang akan dilakukan.
5.       Jujur dalam hal keagamaan
Jujur dalam agama adalah derajat kejujuran tertinggi, seperti jujur dalam rasa takut kepada Allah SWT, mengharap ridha-Nya, rela dengan pemberi-Nya, cinta dan tawakal. Semua perkara tadi memiliki fondasi yang menjadi tolok ukur kejujuran seseorang dalam menyikapinya. kejujuran juga memiliki tujuan dan hakikat. Orang yang jujur adalah mereka yang mampu mencapai hakikat semua perkara tadi dan mampu mengalahkan keinginan nafsunya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah swt. di dalam firman-Nya,
6.      Jujur dalam berjanji
Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya.
7.      Jujur dalam kenyataan
Orang yang jujur hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang yang jujur tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita khususnya sebagai seorang perawat harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri.














BAB III
GAMBARAN KASUS

Tidak mudah bagi dokter dan pelayan kesehatan lainnya dalam menyampaikan berita buruk kepada pasien mereka.
Putrinya, Ny. L, selalu mendampinginya di Rumah Sakit, sementara putranya, Tn. M yang selama ini tinggal dan bekerja di kota lain, sudah datang juga ke rumah sakit beberapa hari terakhir ini. Karena Tn. M sudah pension, maka dia memutuskan untuk ikut mendampingi ibu mereka. Tn. M ini yang mengingatkan dr. S agar tidak memberitahu keadaan kesehatan kepada Ny. K, apalagi keadaan kesehatan yang mengecewakan seperti sekarang ini.
Dokter S sebenarnya memiliki cukup kepercayaan pada Ny. K. Dia bahkan berencana untuk menanyakan beberapa pertanyaan tidak langsung kepada Ny. K untuk bisa mengetahui sejauh mana sebenarnya Ny. K ingin mengetahui keadaan kesehatannya. Ketika dr. S masuk ke ruang perawatan, Ny. K sedang lelap tertidur, sementara kedua anaknya, Ny. L dan Tn. M ada di situ.
Dokter S kemudian meminta kedua bersaudara itu untuk mengikuti dia ke ruangan lain dan menjelaskan kepada mereka bahwa hidup ibu mereka tidak akan lama lagi. “Ini yang akan saya sampaikan kepada Ny. K,” demikian kata dr. S. “Hey, jangan,” jawab Tn. M. “Kamu tidak boleh mengatakan hal semacam itu kepada ibu saya. Saya tahu bahwa keadaannya akan semakin memburuk jika Anda mengatakan hal demikian kepadanya. Mengapa kita tidak mengatakan hal apa pun mengenai keadaan kesehatannya kepadanya?” kata Tn. M.

Dokter S terdiam. Tak lama kemudian dia berpaling kepada Ny. L dan menanyakan pendapatnya. “Saya kira informasi seperti itu hanya akan menyakiti dia, tetapi saya sebenarnya juga tidak yakin apakah memang begitu,” jawab  Ny. L. “Jika memang demikian, masalahnya terselesaikan. Kita tidak bisa memberitahu keadaan kesehatannya kepadanya,” jawab dr. S.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar