Minggu, 01 November 2015

MAKALAH GASTRITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis, yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri penyebab gastritis (Helycobacter pylori) masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua, sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gastritis?
2. Bagaimana klasifikasi dari gastritis?
3. Bagaimana patogenesis dari gastritis?
4. Apa etiologi dari gastritis?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari gastritis?
6. Apa faktor pemicu kekambuhan dari gastritits?
7. Bagaimana penatalaksanaan penanganan gastritis?
8. Bagaimana cara untuk mencegah timbulnya gastritis?
 9. Bagaimana petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis?



1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Mengetahui pengertian dari gastritis
2. Mengetahui pengklasifikasian dari gastritis
3. Mengetahui patogenesis dari gastritis
4. Mengetahui etiologi dari gastritis
5. Mengetahui manifestasi klinis dari gastritis
6. Mengetahui faktor pemicu kekambuhan gastritits
7. Mengetahui penatalaksanaan penanganan gastritis
8. Mengetahui cara untuk mencegah timbulnya gastritis
  9. Mengetahui petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis

1.4  Manfaat Penulisan
             1.     Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit gastritis.
             2.     Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien gastritis.
             3.     Mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan pada klien gastritis.

1.5  Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk penyusunan makalah ini adalah metode pustaka, yaitu penulis mengambil data-data dari beberapa sumber seperti buku dan internet.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (Brunner and Suddarth,2001). Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Suyono Slamet, 2001).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis tersebut, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok atau minum alkohol.

2.2 Klasifikasi Gastritis
Gastritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.    Gastritis Akut
                               Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif , maksudnya kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Sering disebut juga tukak beban atau tukak stress sebagai reaksi pada permukaan mukosa lambung akibat iritasi (karena alkohol, aspirin, NSAID, lisol, reflux empedu, cairan pankreas).
Jenis gastritis akut :
a.       Gastritis eksogen akut
 Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia, misal: lisol, alkohol, merokok, kafein, lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b.      Gastritis endogen akut
Dibagi menjadi : gastritis infeksiosa akut (disebabkan karena toksin atau bakteri dalam darah dan masuk ke jantung), dan gastritis flegmans akut (proses  inflamasi bersifat purulen di dinding lambung).
2.      Gastritis Kronik
                               Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylori yang menyerang permukaan gaster.
Gastritis kronik dapat dibedakan berdasarkan kelainan histopatologi, yaitu :
a.    Gastritis kronik superfisialis apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.  
b.    Gastritis kronik atrofik, sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.  
c.    Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan mengapa pembuluh darah bisa terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi.

2.3 Patogenesis Gastritis
        Proses terjadinya gastritis yaitu awalnya karena obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim yang dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa.
        Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya adalah perdarahan dan peritonitis.


2.3.1  Patogenesis Gastritis Akut
                        Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi:
                              1.            Karena terjadi iritasi lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3.         Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.
                              2.            Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi homeostasis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus  gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hipovolemik.
2.3.2  Patogenesis Gastritis Kronik
                        Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
             Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

2.4 Etiologi Gastritis
               1.            Etiologi Gastritis akut
·      Obat-obatan
        Obat-obatan  yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah  aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
        Pemberian aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis.

·    Alkohol
        Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol.
        Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal.
·    Stress
        Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut
a.  Stress Psikis
     Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan  nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
b.  Stress Fisik.
      Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

               2.            Etiologi Gastritis Kronik
                        Pada gastritis kronik penyebabnya tidak jelas, tetapi berhubungan dengan ditemukannya Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
                        Helicobacter pylori punya kebolehan bertahan dan berkembang biak dalam lambung meski lambung mengandung asam lambung karena mempunyai enzim urease sehingga terbentuk kabut hasil netralisasi asam lambung di sekitarnya dengan ammonia yang mengamankan bakteri ini. Lokasi infeksi Helicobacter  pylori di bagian bawah lambung dapat mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai perdarahan dan pembentukan lubang-lubang.
                        Pada kondisi Helicobacter pylori mencapai 1.010 sel dalam lambung bisa mengakibatkan hipochlorhidia, yaitu berkurangnya asam lambung yang akan mengundang Escherichia coli dari usus untuk berkoloni di lambung dan beerpeluang bagi terjadinya diare dan tukak lambung dengan gejala sakit perut berkepanjangan, feses berdarah atau berwarna hitam, dan muntah darah.

2.5 Manifestasi Klinis Gastritis
                 Menurut Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, gastritis pada umumnya merupakan hal yang banyak dijumpai pada masyarakat  dari berbagai usia, jenis kelamin, maupun profesi. Sebagian besar masyarakat pernah mendengar dan mengetahui pencetus terjadinya sakit gastritis seperti terlambat makan, makan tidak teratur, makanan atau minuman yang merangsang produksi asam lambung, serta stress. Meski demikian, mungkin banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami gejala-gejala sakit gastritis. Rasa Perih pada lambung atau pada ulu hati merupakan hal yang sering disebut sebagai sakit gastritis atau mag. Faktanya, gejala sakit gastritis atau mag tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman pada lambung atau ulu hati yang dibarengi dengan mual atau kembung dan sering sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit gastritis atau mag. Serta Gejala lainya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbul karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik ke kerongkongan sehingga kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan mulut.
                 Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala-gejala tersebut :
             1.     Sendawa
            Sendawa (burping atau belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna (kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-kadang bau.
             2.     Kembung
               Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
a.  Gejala atau bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan dari distention.
b. Tanda atau distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih besar dari biasanya.
                  3. Flatus atau Kentut
            Menurut Dr. Helmin Agustina Silalahi, flatus merupakan keluarnya gas dalam saluran cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari bakteri. Namun terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh produksi dari bakteri di saluran cerna atau usus besar berupa hydrogen atau methan pada keadaan banyak mengkonsumsi kandungan gula dan polisakarida. Contoh gula adalah seperti laktosa (gula susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen.
           
            Gastritis akut maupun gastritis kronis memiliki manifestasi klinis tertentu, yaitu :
1.    Manifestasi Gastritis Akut
a.         Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
b.         Mual, kembung, muntah merupakan salah satu  keluhan yang sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung  yang mengakibatkan mual dan muntah.
c.         Ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan berupa hematemesis dan melena kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
2.    Manifestasi Gastritis Kronik
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

2.6 Faktor Pemicu Kekambuhan Gastritits
a. Faktor makan (pola makan)
                        Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari. Faktor pola makan terdiri dari beberapa hal, yaitu :
                         1.            Frekuensi makan
               Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam  lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
               Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang  kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
               Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung.
                         2.            Sifat dan jenis makanan
               Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya. Makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
               Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.
                         3.            Porsi makanan
               Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung.
b. Faktor obat-obatan
                        Dari hasil penelitian, diketahui bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung. Tidak hanya itu, obat-obatan yang mengandung salisilat (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis. Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis besar. Salisilat merupakan agen-agen yang sering dikonsumsi oleh masyarakat yang kurang mengerti tentang penggunaan obat. Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian obat yang mengandung asam silisilat.
c. Faktor psikologis
                        Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan atau iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.
d. Infeksi bakteri
                        Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri gastritis umumnya berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah diderita sebelumnya.

2.7 Penatalaksanaan Gastritis
     Menurut Brunner dan Suddarth (2001), penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,diet mengandung gizi dinjurkan.Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secaraparenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinalatas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat  asam, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
     Menurut Brunner dan Suddarth (2001), penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan modifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
    
2.8 Pencegahan Gastritis
                        Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan seperti dibawah ini:
             1.     Makan yang teratur
             2.     Hindari alcohol
             3.     Makan dalam porsi kecil dan sering
             4.     Menghindari stress
             5.     Mengunyah 32 kali
 6.  Menghindari rokok

2.9  Petunjuk Umum untuk Diet pada Penderita Gastritis
a. Syarat diet penyakit gastritis
          Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi (± 20-25 % dari total jumlah energy yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan secara berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin, mineral dan bentuk obat.
b. Jenis makanan
          Sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Dan perlu juga memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang tidak dianjurkan antara lain: beras ketan, mie bihun, jagung, ubi-ubian, cake, dodol, kue-kue lain yang terlalu manis dari sumber karbohidrat sedangkan dari sumber protein sarden atau daging yang diawetkan, dari sumber sayaur, mineral dan vitamian adalah makanan yang merangsang asam lambung diantaranya adalah kol, dan sayuran yang tidak banyak serat juga tidak menimbulkan gas. Dari buah yang banyak serat dan menimbulkan gas misalnya nanas, kedondong, durian, dan nangka.
c. Preskripsi Diet
          Hindari pemakaian cabe, sambal, saus pedas, minyak, cuka yang bersifat merangsang. Jangan berikan makanan yang melekat seperti dodol, ketan, makanan yang menimbulkan gas seperti nangka, durian, kembang kol dan makanan yang banyak mengandung serat kasar seperti kankung. Pemberian suplemen vitamin C (yang tidak asam seperti ester C atau jus jambu) bersama protein diperlukan untuk mempercepat kesembuhan jaringan lambung yang luka. Karena terapi antasid beresiko mengurangi penyerapan zat besi, maka pemberian suplemen besi yang tidak mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk mencegah anemia. Bahkan pada gastritis kronis yang menggangu faktor intrinsik diperlukan suplemen vitamin B12 untuk mencegah anemia pernisiosa.
          Pemberian diet untuk penderita gastritis, antara lain bertujuan untuk:
a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung
b. Menghilangkan gejala penyakit
c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung
d. Mempertahankan keseimbangan cairan
e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung
f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

3.2 Saran
      1.            Setiap orang hendaknya mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi untuk mencegah penyakit gastritis.
      2.            Selektif dalam memilih makanan, karena tidak semua jenis makanan aman atau sehat untuk dikonsumsi.
      3.            Membiasakan pola hidup serta pola pikir yang sehat, untuk menghindari stres.
      4.            Olahraga teratur.
      5.            Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.










DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Nurhayati. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Gastriti.
Oktaviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. (http://www.library.upnvj.ac.id/-            pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf). Diakses pada 7 Mei 2014.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar