Senin, 23 November 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Ibu hamil merupakan salah satu kelompok  rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi  pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar  dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO), pada tahun 2005, melaporkan bahwa terdapat 52 % ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia, Susenas dan Survei  Depkes – Unicef melaporkan bahwa sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dasar anemia pada ibu hamil?
2.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan anemia?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar anemia pada ibu hamil
2.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan anemia.



1.4 Manfaat Penulisan
1.      Dapat menambah wawasan pembaca mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipahami mengenai ibu hamil dengan anemia
2.      Dapat membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia.





BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
2.1.1  Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).

2.1.2  Etiologi
            Menurut Mochtar( 1998)  penyebab anemia pada umunya adalah  : 
  1. Perdarahan
  2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
  3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
  4. Kelainan darah
  5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
  6. Malabsorpsi
            Penyebab anemia pada kehamilan, diantaranya :
  1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
  2. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
  3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
  4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
  5. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

            Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
  1. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun\
  2. Perdarahan akut
  3. Pekerja berat
  4. Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi

2.1.3  Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
        Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
            Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

2.1.4  Klasifikasi anemia:
            Klasifikasi anemia berdasarkan pendekatan fisiologis, antara lain:
  1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, yang meliputi:
a.       Anemia aplastik
Penyebab:
§  Agen neoplastik/sitoplastik
§  Terapi radiasi
§  Antibiotic tertentu
§  Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
§  Benzene
§  Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
§  Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
§  Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
b.      Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.
Gejala-gejala:
§  Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
§  Hematokrit turun 20-30%
§  Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
c.       Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d.      Anemia defisiensi besi
Penyebab:
§  Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
§  Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
§ Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
§  Atropi papilla lidah
§  Lidah pucat, merah, meradang
§  Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
§  Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e.       Anemia megaloblastik
Penyebab:
§  Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
§  Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
f.       Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah.
Penyebab :
§  Pengaruh obat-obatan tertentu
§  Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
§  Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
§  Proses autoimun
§  Reaksi transfusi
§  Malaria

2.1.5 Tanda dan Gejala
§  Lemah, letih, lesu dan lelah
§  Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
§  Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

2.1.6   Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Kehamilan
  1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
  2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
  3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
  4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
  5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
  6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
    Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
  7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
  8. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
  9. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
    Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
    Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
  10. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
  11. TBC serum : meningkat (DB)
  12. Feritin serum : meningkat (DB)
  13. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
  14. LDH serum : menurun (DB)
  15. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
  16. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
  17. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
  18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
  19. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

2.1.7  Penatalaksanaan Medis
a.       Pencegahan dan penanggulangan anemia, antara lain :
1.      Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati, ikan, daging, dan sumber nabati seperti: sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan yang berwarna.
2.      Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan kesehatan ibu seperti ikan, telur, buah-buahan tertentu.
3.      Bila nafsu makan ibu berkurang, makanlah makanan yang segar seperti buah, sayur bening, sayur segar lainnya.
4.      Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap hari dalam jumlah cukup dan makanan yang aman bagi kesehatan.
5.      Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak daripada saat tidak hamil.
6.      Selama hamil sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b.      Pemberian tablet Fe.
Ø  Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, yaitu:
§  Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
§  Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
§  Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
§  Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90 tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
Ø  Efek samping pemberian tablet Fe, yaitu:
Menimbulkan gejala antara lain: mual – muntah, kadang diare / sulit BAB. Tinja akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
Ø  Cara makan obat:
Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala efek samping.
Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.
c.       Memodifikasi lingkungan untuk perbaikan gizi.
d.      Mendapat perhatian dari keluarga.

2.1.8   Penatalaksanaan Keperawatan
A.     Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.      Kaji riwayat keluarga
B.      Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.      Morfologi
a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun masih normal.
d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia, maka:
§  Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
§  Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
§  Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
§  Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan  di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
a.       Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
b.      Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
c.       Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
d.      Kadar kosentrasizat besi serum
e.       Kapasitas pegikat zat besi
f.       Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
g.      Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
h.      Hitung trombosit
i.        uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
j.        Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
k.      Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika.
3.      Konsultasikan dengan dokter
4.      Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.      Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2.      Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

2.1.9  Komplikasi
            Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai.
  1. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
  2. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
  3. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.


2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1   Pengkajian
            Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam  proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
Ø  Data Subyektif :
  1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
  1. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
  1. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
  1. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
  1. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
  1. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
  1. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
  1. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
  1. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
  1. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Ø  Data Obyektif
  1. Keadaan umum:
Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB turun.
  1. Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
  1. Mata:
Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
  1. Telinga:
Vertigo , tinnitus
  1. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis
  1. Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
  1. Kardiovaskuler:
Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
  1. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )
  1. Muskuloskletal;
Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
  1. System persyarafan:
Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.


2.2.2  Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia, meliputi:
  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
  2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
  4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
  5. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3  Intervensi Keperawatan
            Intervensi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
§  Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
§  Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
 Kaji kemampuan ADL pasien.
Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan. keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
2.
Kaji kehilangan atau gangguan
Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera
3.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4.
      Berikan lingkungan tenang, batasi
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

  1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
§  Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
§  Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Tingkatkan cuci tangan yang baik
Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
2.
Berikan perawatan kulit
Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi
3.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi
4.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau  tanpa demam
Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. Sistemik (kolaborasi).
5.
      Berikan antiseptic topical ; antibiotic

Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan    kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang  diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
§  Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
§  Kriteria hasil : Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. tidak mengalami tanda mal nutrisi. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
)      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi pasien.
2.
Observasi dan catat masukkan makanan
Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.
Timbang berat badan setiap hari.
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi  nutrisi

  1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
§  Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
§  Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2.
      Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
3.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

  1. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
§  Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
§  Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit. mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Berikan informasi tentang anemia
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
2.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
Ansietas atau ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas penyakitnya.
3.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang
Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
4.
Berikan penjelasan pada klien tentang memperhatikan diet makanan nya
Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

2.2.4  Evaluasi
            Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. 
            Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1.      Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2.      Infeksi tidak terjadi.
3.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4.      Peningkatan perfusi jaringan.
5.      Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan             Dan Pendokumentasian Pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Penerbit          Buku Kedokteran:Jakarta.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.             Jakarta: YBP-SP.
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.


1 komentar:

  1. Trims ya banyak manfaat nya bagi mahsiswa kesehatan pd khusus nya dan utk msyarkt pd umum nya

    BalasHapus