BAB 2
KONSEP DASAR
HIPOPARATIROIDISME
2.1 Pengertian
Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme adalah suatu
ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi
hormon paratiroid yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia (Kowalak,
2011). Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang
menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium
rendah tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari
pengangkatan atau kerusakan kelenjar paratyroid (Tjahjono, 1996).
2.2 Etiologi
Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme dapat bersifat
akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau
didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme
meliputi:
- Pankreatitis
akut atau malabsorbsi
- Gagal ginjal
- Osteomalasia
- Gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal
tidak adanya kelenjar paratiroid (idiopatik)
- Secara tidak sengaja terjadi pengangkatan atau
cedera kelenjar paratiroid (idiopatik) ketika dilakukan tiroidektomi atau
pembedahan leher lain atau kadang-kadang radiasi yang masif pada kelenjar
paratiroid (akuisitas)
- Infark iskemik kelenjar paratiroid selama
pembedahan, amiloidosis, neoplasma, atau trauma (akuisitas)
- Kerusakan sintesis dan pelepasan hormon akibat
hipomaknesemia, supresif fungsi kelenjar yang normal akibat hiperkalsemia,
dan keterlambatan maturasi fungsi paratiroid (akuisitas), reversibel.
2.3
Patofisiologi Hipoparatiroidisme
Gejala
hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang menyebabkan
kenaikkan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi
kalsium darah (hipokalsemia. Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan
absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari
tulang dan sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal
menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan
hipokalsiuria (Smeltzer, 2002).
2.4
Manifestasi Klinis Hipoparatiroidisme
a. Hipoparatiroidisme
yang ringan dapat asimtomatik, namun biasanya menyebabkan:
Hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang tinggi yang mengenai sistem saraf pusat dan sistem lain.
Hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang tinggi yang mengenai sistem saraf pusat dan sistem lain.
b. Hipoparatiroidisme
kronis, meliputi :
·
Iritabilitas neuromuskuler, peningkatan
refleks tendon dalam, tanda Chvostek (spasme nervus fasialis yang hiperiritabel
ketika saraf tersebut diketuk), disfagia, sindrome otak organik, psikosis,
defisiensi mental pada anak-anak dan tetani.
·
Sulit berjalan dan tendensi terjatuh
atau roboh (tetani kronis)
c. Hipoparatiroidisme
akut, meliputi :
·
Rasa kesemutan pada ujung-ujung jari
tangan, disekitar mutut dan kadang-kadang pada kaki (gejala pertama),
ketegangan serta spasme otot yang menjalar serta bertambah parah dan akibatnya
aduksi ibu jari tangan, pergelangan tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang
bervariasi menurut derajat ketegangan otot tetapi jarang mengenai wajah,
tungkai dan kaki (overt tetany yang akut)
·
Laringospasme, stridor, sianosis dan
serangan kejang/bangkitan (kelainan SSP) semakin parah pada hiperventilasi,
kehamilan, infeksi, penghentian terapi hormon tiroid atau pemberian diuretik
dan sebelum menstruasi (tetani akut)
·
Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal
disertai steatore, rambut kering dan kusam, kerontokan rambut spontan, kuku
jari tangan rapuh dan memiliki garis tonjolan (krista) atau terlepas, kulit
kering dan bersisik, dermatitis eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email
gigi yang lemah sehingga gigi mudah berubah warna, pecah dan keropos (efek
hipokalsemia)
2.5 Pemeriksaan
Diagnostik Hipoparatiroidisme
1.
Radioimmunoassay untuk hormon paratiroid yang
memperlihatkan penurunan kadar hormon tersebut
2.
Penurunan kadar kalsium serum dan urine yang
berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2-1,5 mmol/L)
3.
Peningkatan kadar fosfor serum
4.
Penurunan kadar kreatinin
5.
EKG yang memperlihatkan pemanjangan interval QT dan ST
akibat hipokalsemia
6.
Tindakan menggelembungkan manset tensimeter yang
dipasang pada lengan atas hingga mencapai tekanan di antara tekanan sistolik
dan diastolik serta mempertahankan penggelembungan manset tersebut pada tekanan
ini selama tiga menit akan menimbulkan gejala Trousseau (spasme karpal) yang
merupakan bukti klinis hipoparatiroidisme.
7.
Menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan tanda
Chvostek, yaitu apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah
nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan di sebelah anterior telinga
menyebabkan spasme atau gerakan kedutan pada mulut, hidung dan mata (Smeltzer :
2002)
8.
Pada pemeriksaan sinar-X tulang akan memperlihatkan
peningkatan densitas.
2.6 Penatalaksanaan Hipoparatiroidisme
Tujuan terapi pada pasien
hipoparatiroidisme adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9 hingga
10 mg/dl (2,2 hingga 2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme
dan hipokalsemia. Penatalaksanaan pada pasien hipoparatiroidisme, anatar lain:
- Penyuntikan segera garam
kalsium secara IV, seperti larutan kalsium glukonat 10% untuk meningkatkan
kadar kalsium serum terionisasi (tetani akut yang mengancam nyawa pasien).
Jika terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuskuler dan
serangan kejang, preparat sedatid seperti pentobarbital dapat diberikan (Smeltzer,
2002)
2. Bernapas di
dalam kantung kertas dan menghirup gas CO2 yang dihembuskan pasien sendiri akan
menimbulkan asidosis respiratorik ringan yang meningkatkan kadar kalsium serum
(pasien yang sadar dapat bekerja sama)
3. Pemberian
sedatif dan antikonvulasan untuk mengendalikan spasme sampai kadar kalsium
meningkat
4. Peningkatan
asupan kalsium dari makanan
5. Terapi
rumatan dengan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D per oral (tetani
kronis)
6. Pemberian
suplemen vitamin D dan kalsium, karena absorbsi kalsium dalam usus halus
memerlukan keberadaan vitamin D (terapi penyakit yang reversibel dan biasanya
harus dilakukan seumur hidup)
7. Pemberian
kalsitriol (Calcijex, Rocaltrol) jika ada gangguan hepar atau renal yang
membuat pasien tidak toleran terhadap vitamin D
8. Pemberian preparat
parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut
disertai tetanus. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan
akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi
2.7 Komplikasi
Hipoparatiroidisme
Komplikasi yang mungkin terjadi pada
penderita hipoparatiroidisme, meliputi :
1.
Aritmia jantung, gagal jantung
2.
Katarak
3.
Kalsifikasi ganglia basalis
4.
Pertumbuhan yang terhenti, malformasi gigi, dan
retardasi mental
5.
Gejala parkinson
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar