Minggu, 22 November 2015

LP EMFISEMA

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1  KONSEP DASAR EMFISEMA

2.1.1Pengertian Emfisema
            Emfisema adalah penyakit paru kronik dan progresif yang terjadi ketika dinding-dinding alveoli rusak atau hancur bersama dengan pembuluh-pembuluh darah kapiler yang mengalir didalamnya. Hal ini mengurangi total area didalam paru dimana darah dan udara dapat bersentuhan sehingga membatasi potensi untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Akibatnya terjadi penurunan aliran udara ekspirasi dan terjadi hiper-inflasi yang menyebabkan aliran udara terhambat dan terperangkap di paru-paru, sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan.
            Emfisema ditandai dengan pembesaran ruang udara yang berada disebelah distal dari bronkiolus, dengan kerusakan dinding inter-alveolus.Emfisema biasanya berkembang secara bertahap dan menimbulkan insufisiensi pernapasan.Penyebab utama emfisema adalah merokok.Bahkan emfisema dengan derajat sedang dapat dijumpai pada orang bukan-perokok. Iritasi yang diakibatkan rokok merangsang destruksi atau mengganggu sintesis serat elastin dan komponen lain dalam septum inter-alveolus.

2.1.2PatofisiologiEmfisema
            Karena dinding alveoli terus mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen sehingga mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbon dioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dioksida dalam darah arteri dan menyebabkan asidosis respiratoris.Sekresi meningkat dan tertahan menyebabakan individu tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi.Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami emfisema.

2.1.3Tanda dan Gejala Emfisema
            Gejala-gejala yang umum ditemukan pada penderita emfisema antara lain:
  1. Sesak napas/nafas pendek
  2. Mengi
  3. Sesak dada (sakit di bagian dada)
  4. Batuk kronis
  5. Timbul infeksi sistem respirasi
  6. Hilangnya berat badan dan nafsu makan berkurang

2.1.4Hal-Hal yang Dapat Ditimbulkan Oleh Emfisema
            Ada beberapa hal yang dapat timbul pada penderita emfisema, diantaranya :
  1. Hilangnya elastisitas paru-paru
Protease (enzim paru) mengubah alveoli dan saluran nafas kecil dengan cara merusak serabut elastin, sebagai akibatnya kantong alveolar kehilangan ke-elastisannya sehingga jalan nafas menjadi kolaps atau menyempit. Beberapa alveoli akan rusak dan dapat membesar.
2. Hiperinflasi Paru
Pembesaran alveoli mencegah paru-paru kembali kepada posisi istirahat normal selama ekspirasi.
3.Terbentuknya Bullae
Dinding alveolar membengkak, akibatnya membentuk suatu bullae (ruangan tempat udara) yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-X.
4.Kolaps jalan napas kecil yang menyebabkan udara terperangkap
Ketika seorang penderita emfisema berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratorak akan menyebabkan kolapsnya jalan nafas (alveoli).

2.1.5Pemeriksaan Diagnostik
1.      Rontgen dada
Menunjukkan hiperinflasi, pendataran diafragama, pelebaran margin intercosta, dan jantung normal.
2.      Spirometri
Pemeriksaan fungsi pulmonary, biasanya menunjukkan peningkatan kapasitas paru total dan volume residual, penurunan dalam kapsitas vital dan volume ekspirasi kuat.
3.      Pemeriksaan gas-gas darah arteri
Dapat menunjukkan hipoksia ringan dengan hiperkapnia.
4.      Hitung darah lengkap (HDL)

2.1.6Penatalaksanaan Medis
1.      BronkodilatorA-adrenergik danb
Untuk mendilatasi jalan nafas. Mencakup agonis  metilxantin, yang menghasilkan dilatasi bronchial melalui mekanisme yang berbeda.
2.      Terapi AerosolA
Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi. Aerosol yang dinebuliser menghilangkan brokospasme, menurunkan edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronchial. Hal ini memudahkan proses pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
3.      Pengobatan InfeksiA
Pasien dengan emfisema rentan terjadap infeksi paru dan harus diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi.Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, atau trimetroprim-sulfametoxazol biasanya diresepkan.
4.      KortikosteroidA
Digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan membuang sekresi. Prednison biasanya diresepkan.
5.      OksigenasiA
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pa
sien dengan emfisema berat.




2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA EMFISEMA

2.2.1Pengkajian
Ø  Data Subjektif
·     Pasien mengeluh sesak napas
·     Pasien mengatakan napsu makannya  berkurang
·     Pasien mengeluh mual
Ø  Data Objektif
·     Terdengar suara ronchi (+) , wheezing (+)
·     Produksi mukus meningkat
·     Pasien tampak muntah
·     Berat badan menurun
·     Pasien tampak batuk
·     Pasien tampak letih

2.2.2Diagnosa keperawatan
1.      Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan denganØ bronkokontriksi, peningkatanproduksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
3.      Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek, lendir,bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
4.      Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunderØ akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5.      Intoleran aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.Ø
6.      Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurangØ sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
7.      Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah.Ø

2.2.3 Intervensi Keperawatan
1.      Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
·         Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas.
·         Intervensi :
1.      Berikan bronkodilator sesuai yang diresepkan.
2.      Evaluasi tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB.
3.      Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan diafragmatik dan batuk efektif.
4.      Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan.
·         Rasional:
1.      Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan edema mukosa bronchial dan spasme muscular.
2.      Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodsilator nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan bronkokonstriksi.
3.      Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas dan membersihkan jalan napas dari sputum. Pertukaran gas diperbaiki.
4.      Oksigen akan memperbaiki hipoksemia.

2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan denganØ bronkokontriksi, peningkatanproduksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
·         Tujuan : Pencapaian klirens jalan napas.
·         Intervensi :
1.      Beri pasien 6-8 gelas cairan/hari, kecuali terdapat kor pulmonal.
2.      Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmaik dan batuk.
3.      Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler, atau IPPB.
4.      Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
5.      Instruksikan pasien untuk menghindari iritan, seperti asap rokok, aerosol, dan asap pembakaran.
6.      Berikan antibiotik sesuai yang diresepkan.
·         Rasional :
1.      Hidrasi sistemik menjaga sekresi tetap lembab dan memudahkan untuk pengeluaran.
2.      Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa harus menyebabakan sesak napas dan keletihan.
3.      Tindakan ini menambahakan air ke dalam percabangan bronchial dan pada sputum menurunkan kekentalannya, sehingga memudahkan evakuasi sekresi.
4.      Menggunakan gaya gravitasi untuk membantu membangkitkan sekresi sehingga sekresi dapat lebih mudah dibatukkan atau diisap.
5.      Iritan bronkial menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukan lendir, yang kemudian mengganggu klirens jalan napas.
6.      Antibiotik mungkin diresepkan untuk mencegah atau mengatasi infeksi.

3.      Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek, lendir,bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
·         Tujuan : perbaikan dalam pola pernapasan.
·         Intervensi :
1.      Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkan.
2.      Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat.
3.      Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika diharuskan.
·    Rasional :
1.      Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernapas lebih efisien dan efektif.
2.      Memberikan jeda aktivias akan memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
3.      Menguatkan dan mengkoordinasiakn otot-otot pernapasan.

4.      Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunderØ akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
·         Tujuan : kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
·         Intervensi :
1.      Ajarkan pasien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas.
2.      Berikan pasien dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri, berjalan.
3.      Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.
·         Rasional :
1.      Akan memungkinkan pasien untuk lebih aktif dan untuk menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea selama aktivitas.
2.      Sejalan dengan teratasinya kondisi, pasien akan mampu melakukan lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan ketergantungan.
3.      Memberikan dorongan pada pasien untuk terlibat dalam perawtan dirinya
.
5.      Intoleran aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.Ø
·         Tujuan: perbaikan dalam toleran aktivitas.
·         Intervensi:
Dukungan pasien dalam menegakkan regimen latihan teratur.
·         Rasional:
Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak oksigen dan memberikan beban tambahan pada paru-paru. Melalui latihan yang teratur, kelompok otot menjadi lebih terkondisi

6.      Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurangØ sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
·         Tujuan: pencapaian tingkat koping yang optimal.
·         Intervensi:
1.      Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yng ditujukan kepada pasien.
2.      Dorongan aktivitas sampai tingkat toleransi gejala.
3.      Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi pasien.
·         Rasional:
1.      Suatu perasaan harapan akan memberikan pasien sesuatu yang dapat dikerjakan.
2.      Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat dispnea sejalan dengan pasien menjadi terkondisi.
3.      Relaksasi mengurangi stres dan ansietas dan membantu pasien untuk mengatasiketidakmampuannya.

7.      Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah.Ø
·         Tujuan: kepatuhan dengan program terapeutik dan perawatan di rumah.
·         Intervensi:
1.      Bantu pasien mengerti tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
2.      Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok.
·         Rasional:
1.      Pasien harus mengetahui bahwa ada metoda dan rencana dimana ia memainkan peranan yang besar.
2.      Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan kapasitas paru menurun.

2.2.4Evaluasi
1.      Diagnosa 1 :
1.      Mengungkapkan pentingnya bronkodilator.
2.      Melaporkan penurunan dispnea.
3.      Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi.
4.      Menunjukkan gas-gas darah arteri yang normal.
2.      Diagnosa 2 :
1.      Mengungkapkan pentingnya untuk minum 6-8 gelas per hari.
2.      Batuk berkurang.
3.      Jalan napas kembali efektif.
3.      Diagnosa 3:
5.      Melatih pernapasan bibir dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya ketika sesak napas dan saat melakukan aktivitas.
6.      Memperlihatkan tanda-tanda penurunan upaya bernapas dan membuat jarak dalam aktivitas.
7.      Menggunakan pelatihan otot-otot inspirasi, seperti yang diharuskan.
4.      Diagnosa 4 :
1.      Menggunakan pernapasan terkontrol ketika beraktivitas.
2.      Menguraikan strategi penghematan energi.
3.      Melakukan aktivitas perawatan diri seperti sebelumnya
5.      Diagnosa 5 :
1.      Melakukan aktivitas dengan napas pendek lebih sedikit.
2.      Berjalan secara bertahap meningkatkan waktu dan jarak berjalan untuk memperbaiki kondisi fisik.
6.      Diagnosa 6 :
1.      Mengekspresikan minat di masa depan.
2.      Mendiskusikan aktivitas dan metode yang dapat dilakukan untuk menghilangkan sesak napas.
3.      Menggunakan teknik relaksasi dengan sesuai.
7.      Diagnosa 7 : 
1.      Mengerti tentang penyakitnya dan apa yang mempengarukinya.
2.      Berhenti merokok.




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001, Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan), Ed.8.EGC,       Jakarta.
Suyono, S. 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C, 1997, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC : Jakarta
Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001
Mills,John& Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet       Suryono Spd,KE
Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo
Nurhayati.2010. http://ksupointer.com/2010/emfisema-bisa-timbulkan-kematian.                diakses pada tanggal 15 November 2010
Flyfreeforhelp.2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html.  diakses pada tanggal 15 November 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar