BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR EMFISEMA
2.1.1Pengertian Emfisema
Emfisema
adalah penyakit paru kronik dan progresif yang terjadi ketika dinding-dinding
alveoli rusak atau hancur
bersama dengan pembuluh-pembuluh darah kapiler yang mengalir didalamnya. Hal
ini mengurangi total area didalam paru dimana darah dan udara dapat bersentuhan
sehingga membatasi potensi untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Akibatnya terjadi penurunan aliran udara ekspirasi dan terjadi hiper-inflasi
yang menyebabkan aliran udara terhambat dan terperangkap di paru-paru, sehingga
tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan.
Emfisema
ditandai dengan pembesaran ruang udara yang berada disebelah distal dari
bronkiolus, dengan kerusakan dinding inter-alveolus.Emfisema biasanya
berkembang secara bertahap dan menimbulkan insufisiensi pernapasan.Penyebab
utama emfisema adalah merokok.Bahkan emfisema dengan derajat sedang dapat
dijumpai pada orang bukan-perokok. Iritasi yang diakibatkan rokok merangsang
destruksi atau mengganggu sintesis serat elastin dan komponen lain dalam septum
inter-alveolus.
2.1.2PatofisiologiEmfisema
Karena
dinding alveoli terus mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak
langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan
ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan
mengakibatkan kerusakan difusi oksigen sehingga mengakibatkan hipoksemia. Pada
tahap akhir penyakit, eliminasi karbon dioksida mengalami kerusakan,
mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dioksida dalam darah arteri dan menyebabkan
asidosis respiratoris.Sekresi meningkat dan tertahan menyebabakan individu
tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan
sekresi.Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang
mengalami emfisema.
2.1.3Tanda dan Gejala Emfisema
Gejala-gejala
yang umum ditemukan pada penderita emfisema antara lain:
- Sesak napas/nafas pendek
- Mengi
- Sesak dada (sakit di
bagian dada)
- Batuk kronis
- Timbul infeksi sistem
respirasi
- Hilangnya berat badan
dan nafsu makan berkurang
2.1.4Hal-Hal yang
Dapat Ditimbulkan Oleh Emfisema
Ada
beberapa hal yang dapat timbul pada penderita emfisema, diantaranya :
- Hilangnya elastisitas
paru-paru
Protease (enzim paru) mengubah alveoli dan
saluran nafas kecil dengan cara merusak serabut elastin, sebagai akibatnya
kantong alveolar kehilangan ke-elastisannya sehingga jalan nafas menjadi kolaps
atau menyempit. Beberapa alveoli akan rusak dan dapat membesar.
2. Hiperinflasi
Paru
Pembesaran alveoli mencegah paru-paru kembali
kepada posisi istirahat normal selama ekspirasi.
3.Terbentuknya Bullae
Dinding alveolar membengkak, akibatnya
membentuk suatu bullae (ruangan tempat udara) yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-X.
4.Kolaps jalan napas kecil yang menyebabkan udara
terperangkap
Ketika seorang penderita emfisema berusaha
untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratorak akan menyebabkan
kolapsnya jalan nafas (alveoli).
2.1.5Pemeriksaan Diagnostik
1.
Rontgen dada
Menunjukkan hiperinflasi, pendataran
diafragama, pelebaran margin intercosta, dan jantung normal.
2.
Spirometri
Pemeriksaan fungsi pulmonary, biasanya menunjukkan peningkatan kapasitas paru total dan volume residual, penurunan dalam kapsitas vital dan volume ekspirasi kuat.
Pemeriksaan fungsi pulmonary, biasanya menunjukkan peningkatan kapasitas paru total dan volume residual, penurunan dalam kapsitas vital dan volume ekspirasi kuat.
3.
Pemeriksaan gas-gas darah arteri
Dapat menunjukkan hipoksia ringan dengan
hiperkapnia.
4.
Hitung darah lengkap (HDL)
2.1.6Penatalaksanaan
Medis
1.
BronkodilatorA-adrenergik
danb
Untuk mendilatasi jalan nafas. Mencakup agonis metilxantin, yang menghasilkan dilatasi
bronchial melalui mekanisme yang berbeda.
2.
Terapi AerosolA
Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik
sering kali digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi. Aerosol yang dinebuliser
menghilangkan brokospasme, menurunkan edema mukosa, dan mengencerkan sekresi
bronchial. Hal ini memudahkan proses pembersihan bronkiolus, membantu
mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
3.
Pengobatan InfeksiA
Pasien
dengan emfisema rentan terjadap infeksi paru dan harus diobati pada saat awal
timbulnya tanda-tanda infeksi.Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin,
amoksisilin, atau trimetroprim-sulfametoxazol biasanya diresepkan.
4.
KortikosteroidA
Digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan membuang sekresi. Prednison biasanya diresepkan.
Digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan membuang sekresi. Prednison biasanya diresepkan.
5.
OksigenasiA
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan emfisema berat.
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan emfisema berat.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENDERITA EMFISEMA
2.2.1Pengkajian
Ø Data
Subjektif
· Pasien
mengeluh sesak napas
· Pasien
mengatakan napsu makannya berkurang
· Pasien
mengeluh mual
Ø Data
Objektif
· Terdengar
suara ronchi (+) , wheezing (+)
· Produksi
mukus meningkat
· Pasien
tampak muntah
· Berat
badan menurun
· Pasien
tampak batuk
· Pasien
tampak letih
2.2.2Diagnosa keperawatan
1.
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan denganØ
bronkokontriksi, peningkatanproduksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi
bronkopulmonal.
3.
Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan
dengan napas pendek, lendir,bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
4.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
keletihan sekunderØ akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5.
Intoleran aktivitas akibat keletihan,
hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.Ø
6.
Koping individu tidak
efektif yang berhubungan dengan kurangØ sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
7.
Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan
diri yang akan dilakukan di rumah.Ø
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1.
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
·
Tujuan: Perbaikan dalam pertukaran gas.
·
Intervensi :
1.
Berikan bronkodilator sesuai yang diresepkan.
2.
Evaluasi tindakan nebuliser, inhaler dosis
terukur, atau IPPB.
3.
Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien
pada pernapasan diafragmatik dan batuk efektif.
4.
Berikan oksigen dengan metode yang diharuskan.
·
Rasional:
1.
Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan
membantu melawan edema mukosa bronchial dan spasme muscular.
2.
Mengkombinasikan medikasi
dengan aerosolized bronkodsilator nebulisasi biasanya digunakan untuk
mengendalikan bronkokonstriksi.
3.
Teknik ini memperbaiki
ventilasi dengan membuka jalan napas dan membersihkan jalan napas dari sputum. Pertukaran
gas diperbaiki.
4.
Oksigen akan memperbaiki hipoksemia.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan denganØ
bronkokontriksi, peningkatanproduksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi
bronkopulmonal.
·
Tujuan : Pencapaian klirens jalan napas.
·
Intervensi :
1.
Beri pasien 6-8 gelas cairan/hari, kecuali
terdapat kor pulmonal.
2.
Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik
pernapasan diafragmaik dan batuk.
3.
Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser,
inhaler, atau IPPB.
4.
Lakukan drainage postural dengan perkusi dan
vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
5.
Instruksikan pasien untuk menghindari iritan,
seperti asap rokok, aerosol, dan asap pembakaran.
6.
Berikan antibiotik sesuai yang diresepkan.
·
Rasional :
1.
Hidrasi sistemik menjaga
sekresi tetap lembab dan memudahkan untuk pengeluaran.
2.
Teknik ini akan membantu
memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa harus menyebabakan
sesak napas dan keletihan.
3.
Tindakan ini menambahakan
air ke dalam percabangan bronchial dan pada sputum menurunkan kekentalannya,
sehingga memudahkan evakuasi sekresi.
4.
Menggunakan gaya gravitasi
untuk membantu membangkitkan sekresi sehingga sekresi dapat lebih mudah
dibatukkan atau diisap.
5.
Iritan bronkial
menyebabkan bronkokonstriksi dan meningkatkan pembentukan lendir, yang kemudian
mengganggu klirens jalan napas.
6.
Antibiotik mungkin
diresepkan untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
3.
Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan
dengan napas pendek, lendir,bronkokonstriksi, dan iritan jalan napas.
·
Tujuan : perbaikan dalam pola pernapasan.
·
Intervensi :
1.
Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan
pernapasan bibir dirapatkan.
2.
Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas
dengan periode istirahat.
3.
Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot
pernapasan jika diharuskan.
· Rasional
:
1.
Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernapas lebih efisien dan efektif.
2.
Memberikan jeda aktivias akan memungkinkan
pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
3.
Menguatkan dan mengkoordinasiakn otot-otot
pernapasan.
4.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
keletihan sekunderØ akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
·
Tujuan : kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
·
Intervensi :
1.
Ajarkan pasien untuk mengkoordinasikan
pernapasan diafragmatik dengan aktivitas.
2.
Berikan pasien dorongan untuk mulai mandi
sendiri, berpakaian sendiri, berjalan.
3.
Ajarkan tentang drainase postural bila
memungkinkan.
·
Rasional :
1.
Akan memungkinkan pasien untuk lebih aktif dan
untuk menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea selama aktivitas.
2.
Sejalan dengan teratasinya
kondisi, pasien akan mampu melakukan lebih banyak namun perlu didorong untuk
menghindari peningkatan ketergantungan.
3.
Memberikan dorongan pada
pasien untuk terlibat dalam perawtan dirinya
.
5.
Intoleran aktivitas akibat keletihan,
hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.Ø
·
Tujuan: perbaikan dalam toleran aktivitas.
·
Intervensi:
Dukungan pasien dalam menegakkan regimen
latihan teratur.
·
Rasional:
Otot-otot yang mengalami kontaminasi
membutuhkan lebih banyak oksigen dan memberikan beban tambahan pada paru-paru.
Melalui latihan yang teratur, kelompok otot menjadi lebih terkondisi
6.
Koping individu tidak
efektif yang berhubungan dengan kurangØ sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
·
Tujuan: pencapaian tingkat koping yang optimal.
·
Intervensi:
1.
Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan
memberikan semangat yng ditujukan kepada pasien.
2.
Dorongan aktivitas sampai tingkat toleransi
gejala.
3.
Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman
untuk relaksasi bagi pasien.
·
Rasional:
1.
Suatu perasaan harapan akan memberikan pasien
sesuatu yang dapat dikerjakan.
2.
Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi
tingkat dispnea sejalan dengan pasien menjadi terkondisi.
3.
Relaksasi mengurangi stres dan ansietas dan membantu
pasien untuk mengatasiketidakmampuannya.
7.
Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan
diri yang akan dilakukan di rumah.Ø
·
Tujuan: kepatuhan dengan program terapeutik dan
perawatan di rumah.
·
Intervensi:
1.
Bantu pasien mengerti tentang tujuan-tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
2.
Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok.
·
Rasional:
1.
Pasien harus mengetahui bahwa ada metoda dan
rencana dimana ia memainkan peranan yang besar.
2.
Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada
paru dan menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan
kapasitas paru menurun.
2.2.4Evaluasi
1.
Diagnosa 1 :
1.
Mengungkapkan pentingnya bronkodilator.
2.
Melaporkan penurunan dispnea.
3.
Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran
ekspirasi.
4.
Menunjukkan gas-gas darah arteri yang normal.
2.
Diagnosa 2 :
1.
Mengungkapkan pentingnya untuk minum 6-8 gelas
per hari.
2.
Batuk berkurang.
3.
Jalan napas kembali efektif.
3.
Diagnosa 3:
5.
Melatih pernapasan bibir dirapatkan dan
diafragmatik serta menggunakannya ketika sesak napas dan saat melakukan
aktivitas.
6.
Memperlihatkan tanda-tanda penurunan upaya
bernapas dan membuat jarak dalam aktivitas.
7.
Menggunakan pelatihan otot-otot inspirasi, seperti
yang diharuskan.
4.
Diagnosa 4 :
1.
Menggunakan pernapasan terkontrol ketika
beraktivitas.
2.
Menguraikan strategi penghematan energi.
3.
Melakukan aktivitas perawatan diri seperti
sebelumnya
5.
Diagnosa 5 :
1.
Melakukan aktivitas dengan napas pendek lebih
sedikit.
2.
Berjalan secara bertahap
meningkatkan waktu dan jarak berjalan untuk memperbaiki kondisi fisik.
6.
Diagnosa 6 :
1.
Mengekspresikan minat di masa depan.
2.
Mendiskusikan aktivitas dan metode yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan sesak napas.
3.
Menggunakan teknik relaksasi dengan sesuai.
7.
Diagnosa 7 :
1.
Mengerti tentang penyakitnya dan apa yang
mempengarukinya.
2.
Berhenti merokok.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
L.J. 2001, Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan), Ed.8.EGC, Jakarta.
Suyono, S. 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C, 1997, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, EGC : Jakarta
Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta 2001
Mills,John&
Luce,John M.1993. Gawat Darurat Paru-Paru.Jakarta : EGC
Perhimpunan
Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono
Spd,KE
Soemarto,R.1994.
Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya : RSUD Dr.Soetomo
Nurhayati.2010.
http://ksupointer.com/2010/emfisema-bisa-timbulkan-kematian. diakses pada tanggal 15 November 2010
Flyfreeforhelp.2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses pada tanggal 15 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar