BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ibu
hamil merupakan salah satu kelompok
rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola
makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan
gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan
gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang
merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO), pada tahun 2005, melaporkan bahwa
terdapat 52 % ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia, Susenas dan Survei Depkes – Unicef melaporkan bahwa sekitar
4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami
kekurangan energi kronis. Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian
bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah
lebih hebat pada kehamilan muda.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep dasar anemia pada ibu hamil?
2.
Bagaimana konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan anemia?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami konsep dasar anemia pada ibu hamil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami konsep asuhan keperawatan ibu hamil dengan anemia.
1.4 Manfaat
Penulisan
1. Dapat
menambah wawasan pembaca mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipahami mengenai
ibu hamil dengan anemia
2. Dapat
membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu
hamil dengan anemia.
BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1 KONSEP DASAR IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
2.1.1 Pengertian
Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari,
seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
(Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
(Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002).
2.1.2 Etiologi
Menurut Mochtar( 1998) penyebab anemia pada umunya adalah :
- Perdarahan
- Kekurangan gizi seperti :
zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
- Penyakit kronik, seperti
gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
- Kelainan darah
- Ketidaksanggupan sum-sum
tulang membentuk sel-sel darah.
- Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan, diantaranya :
- Meningkatnya kebutuhan zat
besi untuk pertumbuhan janin
- Kurangnya asupan zat besi
pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
- Pola makan ibu terganggu
akibat mual selama kehamilan
- Adanya kecenderungan
rendahnya cadangan zat besi (Fe)
- Pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
- Umur < 20 tahun atau >
35 tahun\
- Perdarahan akut
- Pekerja berat
- Makan < 3 kali dan
makanan yang dikonsumsi kurang zat besi
2.1.3 Patofisiologi
Anemia Pada Ibu Hamil
Timbulnya anemia
mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.
2.1.4 Klasifikasi
anemia:
Klasifikasi anemia berdasarkan pendekatan fisiologis, antara lain:
- Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi
jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, yang meliputi:
a.
Anemia aplastik
Penyebab:
§
Agen neoplastik/sitoplastik
§
Terapi radiasi
§
Antibiotic tertentu
§
Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa
emas, fenilbutason
§
Benzene
§
Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
§
Gejala anemia secara umum (pucat,
lemah, dll)
§
Defisiensi trombosit: ekimosis,
petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat.
b. Anemia pada
penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya
ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.
Gejala-gejala:
§
Nitrogen urea
darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
§
Hematokrit turun 20-30%
§
Sel darah merah tampak normal pada
apusan darah tepi
c.
Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis
yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah
dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid,
abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d.
Anemia defisiensi besi
Penyebab:
§
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan
meningkat selama hamil, menstruasi
§
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
§ Kehilangan
darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
§ Atropi papilla lidah
§ Lidah pucat, merah, meradang
§ Stomatitis angularis, sakit di sudut
mulut
§ Morfologi: anemia mikrositik
hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
§
Defisiensi
defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
§
Malnutrisi,
malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi
parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita,
makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
f.
Anemia
hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah.
Penyebab :
§
Pengaruh obat-obatan tertentu
§
Penyakit
Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
§
Defisiensi
glukosa 6 fosfat dihidrigenase
§
Proses autoimun
§
Reaksi
transfusi
§
Malaria
2.1.5 Tanda dan Gejala
§
Lemah, letih, lesu dan lelah
§
Sering mengeluh pusing dan mata
berkunang-kunang
§
Gejala lanjut
berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Pada Kehamilan
- Jumlah darah lengkap
(JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
- Jumlah eritrosit :
menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
- Jumlah retikulosit :
bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
- Pewarna sel darah merah :
mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
- LED : Peningkatan
menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
- Masa hidup sel darah
merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). - SDP : jumlah sel total
sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
- Jumlah trombosit :
menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
- Hemoglobin elektroforesis
: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi - Besi serum : tak ada
(DB); tinggi (hemolitik)
- TBC serum : meningkat
(DB)
- Feritin serum : meningkat
(DB)
- Masa perdarahan :
memanjang (aplastik)
- LDH serum : menurun (DB)
- Tes schilling : penurunan
eksresi vitamin B12 urine (AP)
- Guaiak : mungkin positif
untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut
/ kronis (DB).
- Analisa gaster :
penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
- Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
- Pemeriksaan andoskopik
dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
a.
Pencegahan dan penanggulangan anemia, antara lain :
1.
Meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung zat hewani seperti hati, ikan, daging, dan sumber nabati seperti:
sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan yang berwarna.
2.
Hindarkan pantangan terhadap makanan
yang keliru yang dapat merugikan kesehatan ibu seperti ikan, telur, buah-buahan
tertentu.
3.
Bila nafsu makan ibu berkurang,
makanlah makanan yang segar seperti buah, sayur bening, sayur segar lainnya.
4.
Selama hamil makanlah beraneka ragam
setiap hari dalam jumlah cukup dan makanan yang aman bagi kesehatan.
5.
Ibu hamil harus makan dan minum
lebih banyak daripada saat tidak hamil.
6.
Selama hamil sebaiknya tidak
melakukan pekerjaan yang berat.
b.
Pemberian tablet Fe.
Ø
Ketentuan pemberian tablet Fe untuk
ibu hamil, yaitu:
§
Sehari 1 tablet selama minimal 90
tablet.
§
Dimulai pada waktu pertama kali
pemeriksaan hamil.
§
Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
§
Bila bumil telah melahirkan tapi Fe
yang dimakan belum mencukupi 90 tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
Ø
Efek samping pemberian tablet Fe, yaitu:
Menimbulkan gejala antara lain: mual
– muntah, kadang diare / sulit BAB. Tinja akan
berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
Ø
Cara makan obat:
Minum tablet tambah darah setelah
makan malam / menghindari gejala efek samping.
Dianjurkan untuk tidak minum bersama
dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.
c.
Memodifikasi lingkungan untuk
perbaikan gizi.
d.
Mendapat perhatian dari keluarga.
2.1.8 Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pada saat
kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.
Telusuri riwayat anemia, masalah
pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase
(G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.
Kaji riwayat keluarga
B. Lakukan
hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1.
Morfologi
a. Morfologi
normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b. SDM
mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM
makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.
Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin
(Ht) pada kehamilan
a.
Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan
Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan
preklamsi
b.
Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht
34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
c.
Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht
31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih normal.
d.
Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30%
menunjukkan anemia, maka:
§
Rujuk pasien ke ahli gizi atau
konseling gizi,atau keduanya
§
Berikan suplemen zat besi 1
atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe
setiap hari
e.
Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan
Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
§ Rujuk pasien
ke ahli gizi atau konseling diet.
§ Rekomendasikan
pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.
Kadar Hb <9g/dl dengan Ht
<27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di atas,
diperlukan langkah-langkah berikut:
a.
Periksa adanya pendarahan samara tau
infeksi.
b.
Pertimbangkan untuk melakukan
uji laboratorium berikut:
c.
Hb dan Ht (untuk meyingkirkan
kesalahan laboratorium)
d.
Kadar kosentrasizat besi serum
e.
Kapasitas pegikat zat besi
f.
Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
g.
Hitung retikulosit (untuk megukur
produksi eritrosit)
h.
Hitung trombosit
i.
uji guaiac pada
feses untuk medeteksi pendarahan samar
j.
Kultur feses untuk memeriksa telur
dan parasit
k.
Skrining G6PD (lahat panduan untuk
anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika.
3.
Konsultasikan dengan dokter
4.
Rujuk pasien ke ahli gizi atau
konseling gizi.
C. Bila pasien
hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan
dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.
Atasi tanda-tanda anemia (sesuai
informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2.
Konsultasikan ke dokter bila:
a.
Terdapat penurunan Ht yang
menetap walaupun sudah mendapat terapi
b.
Terdapat penurunan yang signifikan,
dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c.
Tidak berespons trhadap terapi
setelah 4-6 minggu
d.
Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht
<27%.
2.1.9 Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini
harus selalu diwaspadai.
- Anemia yang terjadi saat ibu
hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan
kelainan kongenital.
- Anemia pada kehamilan
trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan
bahkan bisa mengakibatkan kematian.
- Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir
dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu
cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri,
rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis
dan gangguan involusio uteri.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar dalam
proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
Ø Data Subyektif :
- Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan,
malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ;
dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
- Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah
kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik
dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia
: abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku
: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
- Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
- Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis,
gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan
darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
- Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet,
masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri
mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah
atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah
daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa
kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
- Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut,
pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah
; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah,
depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan
dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan
dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
- Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara :
sakit kepala (DB)
- Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
- Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan
terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan
atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
- Seksualitas
Gejala :
perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda :
serviks dan dinding vagina pucat.
Ø
Data Obyektif
- Keadaan umum:
Pucat , keletihan berat ,kelemahan
,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB
turun.
- Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik )
, kulit kering , kuku rapuh , klubbing
- Mata:
Penglihatan
kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
- Telinga:
Vertigo , tinnitus
- Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat ,
stomatitis
- Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
- Kardiovaskuler:
Takikardia ,
palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
- Gastrointestinal:
Anoreksia dan
menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )
- Muskuloskletal;
Nyeri pinggang
, sendi dan tenderness sternal
- System persyarafan:
Nyeri kepala ,
binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan
koping.
2.2.2 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia, meliputi:
- Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
- Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
- Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
- Kurang
pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
2.2.3 Intervensi
Keperawatan
Intervensi
keperawatan pasien dengan anemia adalah :
- Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
§ Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
§ Kriteria
hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitas sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Kaji
kemampuan ADL pasien.
|
Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan. keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot.
|
2.
|
Kaji
kehilangan atau gangguan
|
Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi
vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera
|
3.
|
Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan
|
Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
|
4.
|
Berikan
lingkungan tenang, batasi
|
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
|
- Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
§ Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
§ Kriteria hasil
: Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Tingkatkan
cuci tangan yang baik
|
Mencegah
kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
|
2.
|
Berikan
perawatan kulit
|
Menurunkan
risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi
|
3.
|
Pantau/batasi
pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
|
Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi
|
4.
|
Pantau
suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam
|
Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan. Sistemik (kolaborasi).
|
5.
|
Berikan
antiseptic topical ; antibiotic
|
Mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi local.
|
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
§ Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
§ Kriteria
hasil : Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal. tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
) Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
|
Mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi pasien.
|
2.
|
Observasi
dan catat masukkan makanan
|
Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
|
3.
|
Timbang
berat badan setiap hari.
|
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
|
- Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
§ Tujuan :
peningkatan perfusi jaringan
§ Kriteria
hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Tanda
vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku
|
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
|
2.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai
|
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi
|
3.
|
Awasi
upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
|
Dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung
karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
|
- Kurang
pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
§ Tujuan :
pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
§ Kriteria
hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit. mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang
perlu/perubahan pola hidup.
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Berikan
informasi tentang anemia
|
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi
|
2.
|
Tinjau
tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
|
Ansietas atau ketakutan
tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas penyakitnya.
|
3.
|
Kaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang
|
Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakitnya.
|
4.
|
Berikan
penjelasan pada klien tentang memperhatikan diet makanan nya
|
Dengan
mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
|
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi
adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi
pada pasien dengan anemia adalah :
1.
Pasien dapat mempertahankan /
meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2.
Infeksi tidak terjadi.
3.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4.
Peningkatan perfusi jaringan.
5.
Pasien mengerti dan memahami tentang
penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer
Suzannec, Brenda Bare G.2002. Buku
Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Penerbit
Buku
Kedokteran:Jakarta.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Mochtar,
R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Trims ya banyak manfaat nya bagi mahsiswa kesehatan pd khusus nya dan utk msyarkt pd umum nya
BalasHapus